Minggu, 07 Februari 2010

Shamanisme Korea

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

 Persiapan upacara gut di Korean Folk Village.
Shamanisme Korea adalah kepercayaan asli rakyat Korea yang menggabungkan berbagai kepercayaan dan praktik yang dipengaruhi agama asli Korea, agama Buddha dan Taoisme. Dalam bahasa Korea, shamanisme disebut mu () dan sang pemraktik disebut mudang (무당, 巫堂). Tugas mudang biasanya dipegang oleh wanita yang melakukan kontak (menghubungkan) antara dewa dan manusia.
Shaman mengadakan gut atau upacara persembahan untuk melakukan penyembuhan, mendatangkan keberuntungan serta menjadi perantara antara dewa dengan cara kerasukan. Upacara gut juga diadakan untuk membimbing arwah orang yang sudah meninggal menuju surga.
Rakyat Korea seperti banyak bangsa di Asia Timur lain, menganggap agama secara elektis dibanding ekslusif (mudah untuk memeluk suatu agama). Pandangan religius mereka tidak tertanam pada satu agama saja, namun oleh berbagai kombinasi kepercayaan dan agama yang diimpor ke Korea. Walau banyak orang Korea yang memeluk agama tertentu seperti Buddha atau Kristen, banyak pula diantara mereka yang masih terikat dengan kepercayaan asli mereka.
Walaupun shamanisme Korea tidak lagi banyak pengikutnya seperti dahulu, praktik ini masih berlangsung di Korea. Di masa lalu ritual ini juga diadakan untuk meminta kelimpahan pertanian.
Shamanisme Korea dicirikan dengan pengadaan upacara gut yang beraneka ragam untuk melakukan kontak antara manusia dengan alam roh. Profesi shaman biasanya cukup dapat menghasilkan banyak uang di Korea. Tradisi Shaman Korea agak serupa dengan tradisi shaman dari suku-suku di Siberia, Mongolia, dan Manchuria.

Kata "Shaman"

Kata shaman diambil dari bahasa Tungusik yang digunakan oleh suku bangsa Tungusik di wilayah Siberia dan Asia Tengah. Istilah shaman mulai dipakai secara luas sejak diterbitkannya karya Mircea Eliade yang berjudul "Shamanism; Archaic Techniques of Ectasy" (Shamanisme; Teknik Kuno Mencapai Ekstasi). Eliade menyebut shamanisme sebagai teknik ekstasi, tidak serupa dengan bentuk ilmu hitam, sihir atau bahkan pengalaman ekstasi keagamaan.

Asal usul

 
Lukisan seorang mudang yang sedang mengadakan gut dalam Munyeo sinmu, dilukis oleh Shin Yunbok di tahun1805 periode Dinasti Joseon.

Kepercayaan terhadap alam gaib adalah bentuk paling awal dari kehidupan spiritual masyarakat Korea, yang telah dipraktikkan sejak zaman prasejarah.
Shamanisme Korea berakar dari kebudayaan masyarakat pedalaman daratan yang telah berusia lebih dari 40 ribu tahun. Kata shaman disamakan dengan "dukun", "tabib", "psychopomp", mistik, dan puitis (Eliade, 1974). Apa yang membedakan shaman dengan para penyembuh atau pemimpin spiritual adalah kemampuannya untuk melakukan teknik trance (kerasukan). Pada saat tak sadarkan diri, jiwa si-shaman akan pergi dari tubuhnya dan menuju alam lain dengan panduan arwah. Ia dapat melakukan penyembuhan dalam banyak tingkatan; secara fisik, psikologi, dan spiritual. Dalam konsepnya, jiwa seseorang dianggap sebagai tempat tinggal nafas kehidupan dan raga. Setiap sakit fisik sudah pasti disebabkan sakitnya jiwa. Penyakit pikiran menyebabkan penderitaan diri, kekacauan dan ketidaksadaran diri.
Ada banyak sekali jumlah sembahan seperti dewata-dewata, roh-roh dan setan, mulai dari "jenderal dewa" yang menguasai alam lain di langit dan gunung (sanshin). Kepercayaan shamanisme juga meyakini roh-roh yang mendiami hutan, gua keramat, batu-batuan, rumah-rumah dan desa, juga hantu-hantu orang yang meninggal secara tidak wajar. Roh-roh ini dipercaya mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi atau memberi keberuntungan bagi manusia.
Ritual-ritual yang dilakukan telah mengalami banyak perubahan sejak zaman Silla dan Goryeo. Bahkan kepercayaan ini tak tergerus dalam masa Dinasti Joseon yang menerapkan Konfusianisme kuat.

Tempat di masyarakat

Banyak apara ahli lebih menganggap shamanisme Korea sebagai agama daripada obat dengan ikut campurnya macam-macam mahkluk gaib membantu manusia. Shaman dianggap orang orang yang berpengaruh dan banyak orang yang berkonsultasi dengannya untuk suatu keperluan. Biasanya shaman yang tergolong dalam kasta cheonmin atau kasta terendah sejak zaman Dinasti Joseon sampai sekarang masih mengalami diskriminasi.
Kepercayaan shamanisme masih kuat berpengaruh di desa-desa nelayan dan komunitas desa petani. Di kota-kota besar juga dapat ditemui praktik shaman.

Kebangkitan sebagai elemen budaya

 Jeomjip, (rumah tempat ramal yang dikelola oleh mudang)

Mulai awal tahun 1970-an, ritual-ritual shamanisme mulai menarik perhatian orang-orang asing, bahkan seorang manajer dari hotel beserta para eksekutifnya terlihat menonton ritual kerasukan mudang pada saat membuka cabang baru di Seoul.
Masa depan shamanisme sendiri mulai tidak menentu sejak tahun 1980-an. Masyarakat yang semakin modern akan lebih membutuhkan jasa psikiater atau dokter daripada berkonsultasi dengan dukun.
Pemerintahan modern menganggap shamanisme hanya sebagai takhayul dan menekan keberadaan serta praktiknya dalam kehidupan masyarakat Korea. Namun perubahan iklim nasionalisme dan kepercayaan diri akan budaya tradisional, maka tarian, lagu-lagu dan syair mantra yang dipentaskan di prosesi gut (upacara persembahan) telah dimasukkan sebagai aset budaya berharga yang patut dilestarikan.

Ritual tradisional tidak terpaku pada kalender Masehi, namun diadakan berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu dalam kalender lunar, misalnya pada acara kematian.

Ritual shaman daerah


Nama Tujuan Daerah
Hamgyeong-do Manmukgut Diadakan 3 hari setelah kematian untuk membuka jalan ke alam baka. Hamgyeong-do
Pyeongan-do Darigut Diadakan untuk mempermudah arwah orang yang sudah meninggal pergi ke alam baka. Prosedurnya menyerupai prosedur agama Buddha. Pyeongan-do
Hwanghae-do Naerimgut Upacara inisiasi untuk menjadi mudang. Hwanghae-do
Hwanghae-do Jinogwigut Gut ini bertujuan untuk membukakan jalan ke surga bagi orang yang sudah meninggal dan melindunginya dari gangguan arwah-arwah jahat. Hwanghae-do
Ongjin Baeyeonsingut Upacara persembahan para nelayan kepada raja naga laut agar diberi tangkapan ikan melimpah dan kedamaian sepanjang tahun. Hwanghae-do
Yangju Sonorigut Ini adalah ritual pemujaan hewan ternak yang diadakan untuk meminta kelimpahan panen, keberhasilan dan kemakmuran masyarakat desa. Ini adalah salah satu gut yang paling unik dan menarik di Korea. Yangju, Gyeonggi
Seoul Danggut Ritual ini diadakan untuk meminta kedamaian dan kelimpahan panen. Gunung Jeongbal, Dapsimni-dong, Sinnae-dong, Gunung Bonghwa, Seoul
Seoul Jinogwigut Ritual ini diadakan untuk membukakan jalan ke surga untuk orang yang sudah meninggal setelah 49 hari kematiannya. Ini didasarkan pada kepercayaan Taoisme, yaitu setiap orang punya 7 buah jiwa, dimana setiap jiwa tersebut akan naik ke surga tiap 7 hari. Seoul
Gyeonggi-do Dodanggut Ritual ini dilakukan untuk mengusir setan dan arwah jahat dari desa. Juga memohon kemakmuran dan mengadakan sembahyang di kuil-kuil. Daerah Dongmak, Jangmal di Bucheon, Gyeonggi
Gangneung Danogut Upacara gut berskala besar yang mengikutsertakan puluhan mudang. Mereka berdoa kepada dewa gunung meminta perlindungan desa daripada hewan buas, juga kelimpahan panen dan tangkapan ikan. Upacara ini dimeriahkan dengan drama tari topeng dan permainan tradisional. Gangneung, Gangwon-do
Eunsan Byeolsingut Ritual penghormatan bagi arwah nenek moyang di kuil-kuil. Selain itu juga untuk memberi penghormatan kepada jasa Jendral Boksin dan Biksu Dochim dalam meindungi kedaulatan kerajaan Baekje. Salah satu bagian upacara dilakukan di depan tiang-tiang totem (jangseung) keramat. Eunsan- i, Buyeo-gun, Chungcheong Selatan
Suyongpo Sumanggut Gut ini diadakan untuk orang yang tenggelam di laut dan mengantarkan mereka ke alam baka. Yeongil- gun, Gyeongsang
Gangsa-ri Beomgut Gut ini diadakan di desa nelayan untuk meminta kedamaian dan tangkapan hasil laut yang melimpah. Gangsa-ri, Yeongil-gun, Gyeongsang Utara
Geojedo Byeolsingut Gut yang diadakan di desa-desa nelayan untuk meminta hasil tangkapan berlimpah dan kedamaian dalam masyarakat. Geoje, Gyeongsang Selatan
Tongyeong Ogwisaenamgut Gut untuk menolong jiwa orang yang tenggelam di laut dan mengantarkan mereka ke alam baka. Tongyeong, Gyeongsang Selatan
Wido Ttibaegut Gut untuk memohon keberuntungan dan kemakmuran bagi para nelayan. Pulau Wido, Buan-gun, Jeolla Utara
Jindo Ssitgimgut Gut untuk membersihkan jiwa orang yang meninggal, diadakan di hari peringatan kematian. Pulau Jindo, Pulau Jangsando, Jeolla Selatan
Jejudo Singut Gut untuk membantu mudang agar naik ke posisi keshamanan yang lebih tinggi. Ini juga termasuk ritual inisiasi dan mudang mengadakannya sebanyak 3 kali dalam hidupnya. Jeju
Jejudo Yeongdeunggut Gut ini diadakan untuk di bulan ke-2 kalender lunar untuk memohon kepada Yeongdeungsin (dewi laut) agar diberkati keselamatan dan kelimpahan tangkapan hasil laut. Wilayah pesisir, juga di Jeju
Jejudo Muhongut Gut untuk membersihkan jiwa seseorang yang tenggelam di laut dan mengantarkannya ke alam baka. Jeju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar